....欢 迎 您 在 puksipuksi.blogspot.com............WELCOME at PUKSIPUKSI.BLOGSPOT.COM....

Thursday, April 7, 2011

The New Emperors: China in the Era of Mao and Deng

Review Buku

The New Emperors: China in the Era of Mao and Deng

Judul Buku : The New Emperors: China In The Era Of Mao And Deng

Penulis : Harrison E. Salisbury

Penerbit : Avon Books, New York

Tahun Terbit : 1992

Jumlah Halaman : 544 halaman

Buku The New Emperors: China in the Era of Mao and Deng adalah sebuah buku yang membahas tentang kekuasaan dua pemimpin kharismatik Cina yang dulu pernah berkuasa, yaitu Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Buku yang ditulis oleh Harrison E. Salisbury ini menggambarkan dua tokoh besar Cina itu dengan gaya yang sangat berbeda dan dari sudut pandang yang berbeda pula. Salisbury dengan sangat baik membawa pembaca untuk mengenal lebih jauh tentang Mao Zedong dan Deng Xiaoping dan menganalogikan kedua tokoh tersebut sebagai kaisar baru Cina. Salisbury menggambarkan Mao dan Deng sebagai kaisar baru di masa Cina yang modern pada saat kedua tokoh itu berkuasa di masanya masing-masing.

Buku yang berisikan 544 halaman ini dibagi menjadi 8 bagian yang tiap bagiannya terdiri atas beberapa bab, yang jika dijumlahkan menjadi 50 bab. Dalam buku ini pun, Salisbury menambahkan beberapa suplemen, seperti peta Cina, kronologi, personages, catatan penulis ketika menulis buku ini, sumber catatan, bibliografi, sumber ilustrasi, dan indeks.

1

Buku ini dimulai dengan bagian pertama yang berjudul The Birth of New China. Pada bagian pertama buku ini, Salisbury menggambarkan bagaimana keadaan di lingkungan Mao Zedong dan Deng Xiaoping pada masa awal berdirinya Republik Rakyat Cina (RRC). Pada tahun 1949, Partai Komunis Cina (PKC) yang dipimpin oleh Mao Zedong telah berhasil menekan Partai Nasionalis Cina (Guomindang) yang dipimpin Chiang Kaisek. Tanda-tanda kemenangan komunis di Cina pun sudah terlihat di depan mata. Mao yang telah yakin dengan kemenangan komunis di Cina harus menentukan letak ibukota bagi republik yang baru akan berdiri tersebut. Beijing dengan beberapa alasan dipilih menjadi ibukota bagi Negara RRC yang baru berdiri ini. Lokasi bagi para petinggi negara baru yang disiapkan adalah Zhongnanhai, berada di Kota Terlarang.

Mao mulai pindah ke Zhongnanhai pada awal 1949 ketika semua orang sudah yakin akan kemenangan PKC atas Guomindang. Mao sebagai pemimpin PKC sudah mulai sulit dilihat sejak perang antara kubu komunis dengan kubu nasionalis dimulai pada tahun 1946. Pada tahun 1947, Mao memerintahkan semua anggota PKC untuk mninggalkan basis komunis di Yanan dan pergi ke pelosok pedesaaan untuk melakukan perang gerilya melawan tentara nasionalis. Tahun 1948 Mao pindah ke desa Xibaipo, sekitar 175 mil barat daya Beijing.

Communist Northeast Field Army yang dipimpin Lin Biao mulai mengepung Beijing pada Desember 1948. Seluruh kota mulai dikepung dan dikuasai oleh tentara komunis sampai akhirnya Beijing secara resmi jatuh ke tangan komunis tanggal 21 Januari 1949.

Kepindahan Mao dari Xibaipo ke Beijing dilakukan dengan sangat hati-hati dan rahasia. Seperti hantu, Mao berangkat pada tanggal 23 Maret 1949 dan sampai di Bejing dua hari kemudian. Di Beijing inilah Mao kemudian memerintah negara berpenduduk terbanyak di dunia, seperti kaisar-kaisar Cina dahulu.

Sebelum meninggalkan Xibaipo, Mao sudah terlebih dahulu memutuskan untuk menjadikan Beijing sebagai ibukota RRC yang akan berdiri. Keputusan ini sendiri bukanlah sebuah keputusan yang diperoleh dengan mudah.

Dalam sejarahnya yang panjang, Cina beberapa kali berpindah-pindah ibukota sesuai dengan kebijakan penguasa Cina di masanya masing-masing. Chiang Kaishek menjadikan Nanjing sebagai ibukota Republik Cina. Nanjing merupakan ibukota tradisional Cina selain Beijing. Secara harfiah Nanjing berarti ibukota selatan, sedangakan Beijing memiliki arti ibukota utara.

Mao tidak mau menjadikan Nanjing sebagai ibukota karena adanya kekhawatiran beberapa pihak dengan kemungkinan invasi Amerika Serikat (AS) jika RRC dengan komunisnya berkuasa di Cina. Stalin kemudian menyarankan Mao untuk menjadikan Beijing sebagai ibukota negara. Dengan beribukota di Beijing, Mao dapat melarikan diri ke wilayah Uni Sovyet yang jaraknya dekat jika AS menyerang Cina untuk membantu Chiang Kaishek. Akses transportasi dan komunikasi dari Beijing ke wilayah lain di Cina pun sudah cukup memadai. Mao pun pada akhirnya mengikuti saran Stalin.

Hubungan antara Mao dan Stalin sebenarnya kurang harmonis. Keduanya beberapa kali terlibat perseteruan. Mao tidak mempercayai Stalin yang menurutnya lebih banyak menolong Guomindang dibandingkan menolong “saudara muda” PKC. Stalin sendiri tidak menyukai Mao dan menganggapnya sebagai ancaman bagi stabilitas keamanan. Stalin tampaknya lebih menyukai kebijakan dua Cina, yaitu komunis dan nasionalis.

Saat Front Persatuan antara PKC dengan Guomindang terbentuk pada tahun 1930, Stalin mengirim banyak pesawat dengan senjata lengkap kepada Chiang Kaishek. Kepada Mao Zedong, Stalin hanya mengirimkan beberapa pesawat yang berisi pamflet propaganda. Tahun 1948 ketika komunis sudah mulai menguasai hampir seluruh daratan Cina, Stalin menyarankan Mao menghentikan serangannya terhadap kubu nasionalis. Mao mengacuhkan saran Stalin dan terus menyerang basis-basis Guomindang.

Mao semakin yakin dengan sikap Stalin yang cenderung menyukai Chiang Kaishek daripada dirinya saat detik akhir berakhirnya kekuasaan Chiang Kaishek di daratan Cina tahun 1949. Ketika Chiang Kaishek dan petinggi Guomindang lainnya meninggalkan Nanjing untuk menyeberang ke Taiwan, duta besar-duta besar dari berbagai negara di Cina mempersiapkan diri bagi pemimpin Cina yang baru, Mao Zedong dan PKC. Semua duta besar bersiap menyambut lahirnya negara baru RRC. Hanya satu duta besar yang pergi meninggalkan Cina, yaitu duta besar Uni Soviet. Stalin memerintahkan duta besarnya untuk meninggalkan Nanjing bersama dengan Chiang Kaishek dan Guomindang.

Deng Xiaoping adalah salah satu komandan perang yang peranannya penting dalam mengalahkan Guomindang. Meskipun berperawakan kecil, namun ia dapat mengalahkan lebih banyak jenderal Guomindang dibanding siapa pun. Deng yang beroperasi di wilayah selatan Cina merupakan komandan favorit Mao. Pada saat itu tidak ada satu pun yang menjagokan Deng sebagai penerus Mao. Orang lain lebih cenderung melihat Zhu De dan Zhou Enlai sebagai penerus yang cocok. Seiring dengan waktu, popularitas Deng semakin meningkat karena keberhasilannya dalam beberapa misi. Dari kalangan generasi muda, Deng dianggap layak sebagai penerus Mao untuk memimpin PKC dan Cina.

Mao dan komandan-komandannya adalah orang-orang yang melakukan Long March dan berhasil selamat. Mao Zedong, Zhu De, Zhou Enlai, Lin Biao, Chen Yi, Liu Shaoqi, Deng Xiaoping, dan lain-lain adalah tokoh-tokoh yang menjadi bersaudara karena Long March. Mereka bersaudara satu sama lain karena penderitaan Long March dengan Mao sebagai kakak tertua.

Jika Mao sibuk dengan pembentukan RRC di Beijing, Deng di wilayah selatan Cina lebih terfokus untuk membasmi sampai habis semua elemen pendukung Chiang Kaishek. Tanggal 24 April 1949, ibukota Nanjing berhasil direbut kubu komunis tanpa perlawanan. Shanghai yang merupakan kota terbesar di Cina dan basis utama pendukung Chiang Kaishek dapat direbut pada tanggal 27 Mei 1949. Pada tanggal 10 Desember 1949, seluruh personil Guomindang dan Chiang kaishek benar-benar meninggalkan daratan Cina dan kabur ke pulau Taiwan.

Mao dan Deng dapat dikatakan berasal dari latar belakang keluarga yang sama. Keduanya tumbuh besar di daerah pedesaan yang tidak memiliki akses yang memadai, namun Mao dan Deng hidup berkecukupan dan mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari anak-anak desa pada umumnya.

Mao tumbuh besar di desa Shaoshan, provinsi Hunan. Kakek dan ayah Mao adalah petani, pedagang, dan pemberi pinjaman yang sukses. Hal ini berbeda dengan keluarga lain yang bermarga Mao yang tidak seberhasil keluarga Mao Zedong. Ada beberapa versi mengenai garis keturunan Mao Zedong. Banyak yang menyebut Mao Zedong adalah keturunan dari Mao Dehua yang hidup pada masa dinasti Ming. Banyak pula yang meneyebut Mao Zedong sebagai keturunan dai Mao Bozheng, anak dari kaisar Zhouwen. Mao Zedong sendiri menutup rapat asal garis keturunannya.

Mao Zedong muda adalah seorang pemuda yang tidak bahagia, tak berbakat, ambisius, dan patriotis. Semua hal ini ditambah dengan kebenciannya pada ayahnya. Hal ini menyebabkan masa mudanya dipenuhi oleh perang melawan ayahnya, perang melawan dunia, dan perang melawan dirinya sendiri. Pengagum George Washington ini lebih suka disebut sebagai petani, tu. Ia selalu menyebut dirinya sebagai anak petani dan memiliki kebiasaan hidup sebagai seorang petani.

Deng Xiaoping lahir di desa Paifangcun, utara Sichuan. Keluarga Deng Xiaoping adalah keluarga yang kaya dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pendidikan. Keluarga Deng Xiaoping memiliki tradisi untuk menjadi pejabat negara (mandarin). Pada abad 20, gelar mandarin tidak berlaku lagi, ayah Deng Xiaoping, Deng Wenming, kemudian bergabung dengan warlord yang berkuasa di utara Sichuan.

Sejak kecil Deng Xiaoping selalu menjadi anak yang baik. Orang-orang yang mengenalnya sejak kecil mengingatnya sebagai orang yang rajin, baik hai, ambisius, dan cerdas. Dengan bantuan ayah dan pamannya, Deng Xiaoping berangkat ke Prancis untuk belajar. Di Prancis ia berteman dengan pemuda komunis Cina lain, termasuk Zhou Enlai. Deng Xiaoping dan Zhou Enlai yang sempat menjadi teman sekamar kemudian pergi ke Uni Soviet untuk mempelajari komunis lebih dalam sampai akhirnya kembali ke Cina untuk menjadi pimpinan pergerakan komunis.

Deng Xiaoping sangat tidak menyukai kultus individu seperti Mao Zedong. Deng Xiaoping melarang penjualan dan pemasangan poster dirinya di tempat-tempat umum. Ia pun melarang penerbitan buku biografi tentang dirinya, interview antara pers dengan dirinya, dan pemuatan artikel tentang dirinya di surat kabar secara terus menerus.

Deng Xiaoping adalah seorang komandan non-militer yang bertugas untuk merebut kota-kota di selatan Cina untuk jatuh ke tangan komunis. Ia adalah komandan perang non-militer yang berperang tapi tidak pernah sekalipun membawa pistol atau senapan. Ia bertugas untuk membuat strategi perang, mengubah petani menjadi tentara gerilya, dan sebagai pengambil keputusan di divisinya. Deng tidak pernah sekalipun memakai tanda kepangkatan militer dan tidak memiliki title militer secara formal.

Deng memulai kehidupan militernya pada tahun 1929. Ia ditempatkan di daerah Guangxi dalam misi tanpa harapan. Deng yang sebelumnya bergerak dalam kehidupan komunis bawah tanah Shanghai harus menggerakkan petani di daerah Guangxi untuk menyerang kota-kota di sekitarnya. Perintah dari Moskow ini terlihat seperti misi bunuh diri.

Dalam misinya merebut daerah Guangxi, ia harus pergi ke beberapa daerah yang liar dengan kehidupan yang keras. Daerah yang yang tidak pernah terjamah manusia sebelumnya dan tidak pernah berbuah kondisinya selama ribuan tahun. Bagi orang-orang bawahannya, Deng Xiaoping dikenal sebagai pemimpin yang radikal dan kejam. Setelah merebut tanah dari tuan tanah, ia tak segan untuk membunuh tuan tanahnya. Meskipun hal tersebut tidak diperlukan. Hal sama dimiliki oleh Mao Zedong.

Deng Xiaoping yang tidak mengikuti perintah dari Shanghai untuk berperang untuk menaklukan kota-kota besar terus ditekan pemipin komunis dari Shanghai. Deng Xiaoping kemudian ditarik ke Shanghai dan diancam dikeluarkan dari keanggotan PKC, dicabut tanggung jawabnya dari militer dan politik, dan dianggap bersalah karena menentang keputusan partai. Akan tetapi PKC tidak menemukan pengganti sebai Deng Xiaoping, sehingga ia pun diangkat kembali menjadi komandan di divisinya denga tambahan kekuatan politik dan militer yang justru bertambah kuat. Inilah yang di kemudian hari beberapa kali terjadi pada diri Deng Xiaoping, jatuh terpuruk kemudian naik kembali dengan kekkuatan yang lebih besar. Hal ini meneybabkan ia dijuluki sebagai karet bola India oleh orang-orang Cina.

Setelah Ruijin menjadi basis kaum komunis, Deng Xiaoping meninggalkan pasukannya untuk bergabung dengan Mao Zedong di Ruijin. Di sana Deng menjadi sekretaris partai dan menjadi pendukung Mao. Saat itu terjadi perebutan kekuasaan antar faksi di PKC. Deng Xiaoping kemudian diserang faksi lain penentang Mao Zedong dengan tuduhan berlaku kejam ketika merebut tanah dari tuan tanah.

Deng Xiaoping kemudian ditahan dan kehilangan istri yang meninggalkannya. Istri Deng Xiaoping menceraikan dirinya dan kemudian menikahi lawan politik Deng Xiaoping. Kejatuhan Deng Xiaoping ini tidak berlangsung lama. Deng Xiaoping direhabilitasi dan melakukan Long March bersama Mao Zedong. Di Yanan. Mao Zedong menjadi pemimpin PKC dan posisi politik Deng Xiaoping di partai semakin kuat.

2 Pada bagian dua buku ini, proses berdirinya RRC dan kehidupan di Zhongnanhai pada masa awal berdirinya RRC dijelaskan. The Secret Life of Zhongnanhai dengan baik menggambarkan kehidupan para pemimpin PKC di kawasan elit tersebut dengan kehidupan pribadi mereka.

Penetapan Beijing sebagai ibukota bagi RRC tidak diputuskan dengan singkat. Mao masih ragu untuk menjadikan Beijing sebagai ibukota dengan Zhongnanhai sebagai kompleks kantor dan tempat tinggal pemimpin Cina. Mao terutama khawatir terhadap keamanan kota Beijing dan kompleks Zhongnanhai.

Kepindahan Mao ke Zhongnanhai dilakukan dengan sangat hati-hati dan ketat keamanannya. Setiap lorong Zhongnanhai dijaga oleh penjaga keamanan yang dipimpin oleh polisi rahasia partai, Li Kenong dan Kang Sheng. Kepindahan Mao dan para pemimpin Cina lain dianggap oleh banyak orang sebagai sebuah symbol yang menunjukkan berdirinya sebuah kedinastian baru bernama Republik Rakyat Cina dengan komunis sebagai ideologi dan Mao sebagai kaisar.

Di Zhongnanhai, Mao menempati tempat yang sering disebut sebagai The Study of Chrysanthemum Fragrance. Kamar yang dipakai Mao adalah kamar yang biasa diapakai oleh kaisar-kaisar terdahulu. Di dalam kamarnya Mao mengoleksi buku-buku peninggalan kedinastian terdahulu yang sudah ada sebelumnya di Zhongnanhai atau buku yang dicari oleh Kang Sheng. Di perpusatakaan pribadi Mao tersebut terdapat beberapa buku karya Marx, Engels, Lenin, tanpa satu pun buku Stalin. Buku-buku yang ada lebih banyak buku klasik Cina, seperti Arts of War, The Romance of Three Kingdom, Records of The Historian, The General Mirror for the Aid of Government, dan lain-lain. Mao sangat menyukai bacaan buku Cina klasik dan tidak terlalu menyukai buku bacaan dari luar. Seperti kaisar zaman dahulu Mao selalu berkutat pada dunia, Cina adalah dunia itu.

Pada tanggal 1 Oktober 1949, semua pemimpin PKC berkumpul di Tiananmen untuk mendeklarasikan berdirinya RRC. Pada saat itu pula Qi Lai ( The March of Volunteers) ditetapkan sebagai lagu kebangsaan nasional. Mao yang menjadi pimpinan dari semua pemimpin dengan lantang mengatakan “Inilah era baru dalam sejarah Cina”. Lin Biao turut hadir di sana. Ia adalah arsitek dalam menaklukan Manchuria, Beijing, dan Tianjin. Lin Biao selalu berusaha berada di dekat Mao untuk mendapatkan kekuasaan.

Di bawah gerbang yang bernama The Gate Heavenly Peace itu hadir pula Gao Gang. Ia pada waktu itu sebagai perwakilan partai di Manchuria merupakan orang yang disukai oleh Mao karena selalu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Deng Xiaoping dan letnan kepercayaannya Liu Bocheng ikut bersuka cita di sana sebelum kembali ke medan perang melawan sisa pasuka Nasionalis yang masih tersisa. Zhou Enlai yang sangat menguasai bidang diplomasi turut berpidato di sana. Di sana pula Liu Shaoqi, Zhu De, He Long, Soong Chingling yang merupakan janda dari Dr. Sun Yatsen, dan hampir semua pemimpin partai komunis larut dalam kegenbiraan dan optimisme menyambut berdirinya sebuah negara baru.

Orang yang tidak hadir dalam pendeklarasian berdirinya RRC adalah Jiang Qing, istri Mao. Saat itu ia sedang berada di Uni Soviet untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Banyak orang yang mengatakan bahwa ia dikirim ke Uni Soviet oleh pemimpin partai lain untuk menjauhkan dirinya dari Mao. Sejak dekat dengan Mao banyak orang yang sudah mengatakan bahwa Jiang adalah orang yang jahat, bahkan Mao sendiri.

Jiang Qing lahir di kota Zucheng, tak jauh dari Qingdao. Sejak kecil ia sudah dijual keluarganya untuk dijadikan budak dan pekerja seks. Jiang yang sudah mengenal Kang Sheng kemudian pindah ke Shanghai untuk menjadi artis kelas B. Kang Sheng dan seseorang yang bernama David berusaha menjadikan Jiang sebagai alat untuk meraih kekuasaan. Kang Sheng dan David mengajak Jiang Qing ke Yanan untuk bertemu dengan para petinggi partai. Di sinilah Jiang dan Mao bertemu dan akhirnya menikah.

Mao dikenal sebagai orang yang sangat menyukai wanita-wanita muda. Mao yang sebelumnya telah menikah sebanyak dua kali memutuskan untuk menceraikan istri terakhirnya untuk menikahi Jiang. Setelah menikah, Mao menyesali perbuatannya karena sifat Jiang yang buruk. Mao bahkan pernah berkomentar mengenai sikap Jiang, katanya “ Jiang Qing memiliki mulut dan lidah yang tajam. Ia akan membuat masalah. Seminggu setelah saya mati orang-orang akan membunuhnya”.

3. Dari luar, hubungan antara komunis Cina dengan komunis Uni Soviet terlihat sangat erat seperti hubungan kakak dan adik. Namun demikian, kenyataan yang terjadi menyatakan sebaliknya. Terdapat hubungan yang tidak harmonis dan dipenuhi dengan rivalitas di antara kedua negara, terutama antara Mao Zedong sebagai pimpinan RRC dengan Joseph Stalin sebagai pimpinan Uni Soviet.

Stalin adalah seorang pemimpin yang memiliki kecenderungan paranoid yang berlebihan terhadap musuh-musuhnya. Stalin menganggap Mao sebagai sebuah ancaman terhadap dirinya sebagai pemimpin komunis dunia. Stalin mengaggap Mao sebagai pesaing yang kuat dalam usahanya mengkomuniskan dunia. Stalin lebih cenderung menyukai Chiang Kaishek yang meskipun berseberangan paham dengan dirinya tetapi memiliki kekuatan yang lebih lemah dari Mao dan mudah dipengaruhi.

Mao sendiri selalu menganggap Uni Soviet di bawah Stalin tidak pernah membantu Mao mendirikan negara komunis di Cina. Saat Front Persatuan antara pihak Nasionalis dengan pihak Komunis berlangsung, Stalin mengirim banyak pesawat tempur modern kepada pihak Chiang Kaishek. Sedangkan kepada Mao, Stalin hanya mengirim beberapa pesawat yang berisi pamflet-pamflet propaganda. Ketika pihak nasionalis semakin terdesak pun Stalin meminta Mao untuk menghentikan perang. Stalin tampaknya lebih menyukai status quo yang berlangsung pada saat itu, negeri Cina dengan dua negara. Komunis di utara dan Nasionalis di selatan.

Meskipun demikian, Mao menyadari bahwa RRC yang baru berdiri membutuhkan pelindung dari serang musuh, terutama Amerika Serikat. Pelindung yang dapat diandalkan adlah musuh AS sendiri, yaitu Uni Soviet. Mao denga kematangannya kemudian berkunjun ke Uni Soviet untuk menghadiri perayaan ulang tahun Stalin. Mao melupakan sejenak perlakuan Stalin tahun-tahun sebelumnya demi mendapatkan bantuan perlindungan dari Uni Soviet.

Pada tahun 1950, ketegangan di Korea semakin meningkat. Korea Utara yang berpaham komunis siap berperang melawan Korea selatan yang didukung AS. Mao memutuskan RRC ikut campur dalam perang ini dengan mendukung Korea UTara. Tanpa memedulikan kenyataan bahwa RRC masih lemah karena baru berdiri, Mao mengrim pasukan PLA terbaik yang dimilikinya untuk berperang di Korea. Peng Dehuai diangkat menjadi komandan perang menggantikan Lin Biao yang sakit.

Perang Korea terbukti menjadi sebuah kerugian besar bagi RRC. Pasukan RRC dan Korea Utara berhasil dikalahkan oleh pasukan Korea Selatan yang didukung AS. Soviet sebelumnya menjanjikan akan membantu dengan mengirim pasukan udara dengan jet-jet tempur, pada saat perang membatalkan rencananya untuk ikut terjun dalam perang Korea. RRC menderita kerugian besar dari kekalahannya di perang Korea karena kehilangan pasukan terbaiknya dan peralatan perang. Mao sendiri kehilangan putranya, Mao Anying, yang dikirim ke Korea.

RRC tidak hanya kehilangan materi karena turut campur dalam perang Korea. RRC kehilangan dukungan internasional karena diputusnya hubungan dipolomasi dari berbagai negara karena Cina dianggap sebagai negara agresor. RRC pun kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Taiwan kembali. Tak lama setelah perang Korea, AS mengumumkan bahwa Taiwan berada dalam perlindungan AS. AS akan membom Cina jika RRC menyerang pulau Taiwan yang dikuasai Chiang Kaishek. Keamanan RRC menjadi berbahaya karena adanya ancaman AS. Mao sadar bahwa ia harus memperkuat pertahanannya dari ancaman musuh dan orang yang tepat untuk mengurusnya adalah Deng Xiaoping.

Mao mengembangkan konsep pertahanan yang bernama “Third Line”. Konsep ini pada dasarnya bertujuan untuk melindungi obyek-obyek vital milik RRC dengan memindahkannya ke tempat yang rahasia dan tidak diketahui musuh. Deng kemudian mengembangkan daerah-daerah terpencil di Cina untuk dijadikan tempat saran dan prasarana obyek vital negara. Dengan pindahnya obyek-obyek vital negara Mao berharap jika AS menyerang Cina di pusat pemerintahan yang berada di kota-kota besar, RRC dapat bertahan karena kekuatan RRC berada di daearah terpencil yang tidak diketahui musuh. Proyek ini terbukti menjadi proyek yang paling banyak menghabiskan uang.

Pada tahun 1956, Mao membuat program yang memperbolehkan orang-orang untuk menyampaikan kritik terhadap partai. Mao menyebut kampanye ini sebagai Gerakan Seratus Bunga. Meskipun ditentang koleganya yang lain, Mao tetap berusaha mempertahankan kampanye Gerakan Seratus Bunga terus berlangsung. Pada akhirnya Gerakan Seratus Bunga ini menjadi boomerang bagi partai karena terlalu banyaknya kritik terhadap partai sehingga tidak terkendali lagi. Untuk mengendalikannya Mao mengeluarkan program lain yang bernama Gerakan Anti Kanan. Kampanye ini bertujuan mengendalikan kritik yang terlalu banyak terhadap partai dengan cara menyerang orang-orang yang bersuara terlalu vokal pada saat Gerakan Seratus Bunga.

Tahun 1958 Mao mencanangkan program barunya di bidang ekonomi yang bernama Lompatan Jauh Ke Depan. Kampanye baru dari Mao ini bertujuan untuk membangun industri Cina menjadi lebih besar. Tujuan utama proyek ini adalah mengejar ketertinggalan produksi baja Cina dari Inggris dalam waktu 15 tahun. Lompatan Jauh Ke Depan pada akhirnya justru menyebabkan kesengaaraan bagi rakyat Cina khususnya petani.

Dalam Lompatan Jauh Ke Depan, Mao mengangkat Deng Xiaoping sebagai pemimpin kampanye ini. Posisi Deng Xiaoping kemudian semakin kuat dan masuk ke dalam jajaran tertinggi di RRC. Deng Xiaoping menjadi pemimpin nomor empat Cina setelah Mao Zedong, Zhou Enlai, dan Liu Shaoqi. Hubungan orang-orang yang berada di bawah tersebut sangat dekat dan memiliki pandangan yang sama mengenai masa depan Cina.

Melalui Lompatan Jauh Ke Depan, Mao mengedepankan “pergerakan massa” sebagai kekuatan utama. Sistem komune yang mengedepankan pergerakan massa diperkenalkan di seluruh Cina. Semua orang kemudian hidup dengan makan dari satu mangkuk besi. Apa pun jenis pekerjaannya dan bagaimana pun bekrjanya seseorang tidak akan mempengaruhi jatah makanan yang di dapat. Semua mendapatkan kupon makan yang sama.

4. Lompatan Jauh Ke Depan pada akhirnya menemui kegagalan total yang menyebabkan terjadinya krisis di negara Cina. Kelaparan terjadi di seluruh Cina karena tidak memiliki bahan makanan yang cukup untuk dimakan. Korban dari Lompatan Jauh Ke Depan mencapai puluhan juta karena mati kelaparan. Pemimpin Cina masa kini menyebut angka 30 juta korban meninggal dan ada pula yang menyebut angka 43-46 juta jiwa. Reaksi Mao terhadap banyaknya korban meninggal karena kelaparan tidak menunjukkan rasa penyesalan. Menurut Mao demi kepentingan negara rakyat harus dikorbankan berapa pun jumlahnya. Prinsipnya adalah biarkan petani kelaparan hingga mati karena hal inilah yang menyebabkan rakyat menjadi revolusioner.

Gagalnya Lompatan Jauh Ke Depan disebabkan karena semua petani harus bekerja di pabrik pada malam hari setelah siangnya bekerja di ladang. Demi mencapai kuota produksi baja yang diinginkan pemerintah, para petani terpaksa memakai alat-alat pertanian yang terbuat dari besi atau baja sebagai bahan baku peroduksi baja. Para petani menjadi kekurangan alat-alat pertanian untuk mengolah ladangnya, produksi padi di seluruh Cina merosot tajam. Sistem makan dari satu mangkuk besi pun terbukti gagal. Sistem ini menyebabkan orang-orang menjadi malas bekerja. Orang yang bekerja denganrajin akan mendapatkan jatah makan yang sama dengan orang yang tidak bekerja sama sekali.

Pada tahun 1959, diadakan pertmuan para petinggi RRC di Gunung Lu (Lushan). Pertemuan ini biasa disebut sebagai Konferensi Lushan. Semua orang yang akan hadir pada konferensi tersebut bahwa Cina mengalami bahaya kelaparan di seluruh wilayah karena program Mao, Lompatan Jauh Ke Depan. Meski Lompatan Jauh Ke Depan menghancurkan negara, tidak ada satu pun orang dari tingkat bawah samapai tingkat atas yang berani mengatakan kondisi yang sesungguhnya pada Mao. Semua memalsukan produksi bahan makanan yang dihasilkan agar posisinya aman. Mao tidak ingin mendengarr hal yang buruk mengenai programnya. Pada Konferensi Lushan, salah satu sahabat Mao sejak Long March berani mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi dan mengkritik Mao.

Konferensi Lushan adalah awal sikap Mao yang menjatuhkan satu persatu pimpinann partai di bawahnya. Terjadi perdebatan yang sengit pada saat konferensi ketika Peng Dehuai meminta Mao untuk mengubah kebijakannya dalam hal Lompatan Jauh Ke Depan, sedangakn Mao yang sadar bahwa posisinya terancam jika programnya dianggap gagal segera menuduh Peng berusaha menggulingkan kekuasaannya dengan dukungan PLA. Dukungan terhadap Mao dari para petinggi negara lain dan rakyat Cina sendiri masih terlalu kuat. Jabatan Peng sebagai menteri pertahanan segera dicopot dan digantikan oleh Lin Biao yang sejak dulu menginginkan jabatan tersebut. Peng Dehuai pun segera merasakan penderitaan, apalagi ketika Revolusi Kebudayaan bergulir.

Untuk terus mempertahankan kekuasaannya, Mao menggelar Revolusi Kebudayaan pada tahun 1965. Revolusi Kebudayaan bertujuan menghapus apa yang biasa disebut 4 lama, yaitu pemikiran lama, budaya lama, kebiasaan lama, dan sifat lama. Semua dokumen dan monumen hasil peninggalan kedinastian Cina dibakar dan dibuang.

Sasaran Mao setelah Peng Dehuai adalah Tian Jiaying, sekretaris pribadi Mao. Tian Jiaying termasuk orang yang disukai Mao karena kesamaan mereka dalam menyukai bacaan Cina klasik. Pada saat Konferensi Lushan, Tian Jiaying adalah orang yang turut membantu Peng Dehuai dalam mengkritik kebijakan Mao, Lompatan Jauh Ke Depan.

Saat Revolusi kebudayaan dimulai, beberapa pejabat seperti Peng Zhen, Luo Ruiqing, Lu Dingyi, dan Yang Shangkun dituduh sebagai anggota kelompok anti-partai dan berusaha menggulingkan Mao dari kekuasaan. Tian Jiaying yang dikenal dekat dengan Yang Shangkun turut terseret tuduhan, apalagi sebelumnya ia pernah mengkritik Mao pada saat Konferensi Lushan berlangsung.

Ketika ia akan disiksa oleh pengawal merah, dengan cepat ia meminum sebotol pil tidur hingga ia mati. Tampaknya ia termauk orang yang lebih baik mati cepat dengan cara bunuh diri daripada mati disiksa pengawal merah. Sebelum mati ia sempat mengatakan 3 hal mengenai Mao, yaitu Mao dapat memimpin alam semesta tetapi ia tidak dapat memimpin orang-orang di sekitarnya, Mao sebaiknya tidak melakukan sesuatu yang dapat dikritik orang-orang setelah ia meninggal, dan Mao tidak akan pernah menerima opini negative sehingga tidak akan ada orang yang akan mengatakan sebuah kebenaran pada dirinya.

Tuduhan sebagai bagian dari kelompok anti partai kepada Yang Shangkun mengejutkan semua pihak. Yang Shangkun yang menjabat sebagai Kepala Urusan Umum Partai dikenal sebagai orang yang bertanggung jawab dan loyal pada Mao. Yang tidak pernah mengeluarkan pernyataan negatif tentang partai atau pun Mao. Alasan Mao menyerang Yang Shangkun adalah karena kedekatan Yang dengan Peng Dehuai. Tahun 1964 Yang Shangkun ditangkap oleh pengawal merah dengan tuduhan berkonspirasi menggulingkan kekuasaan Mao dan sebagai mat-mata musuh karena merekam pembicaraan Mao dengan tamu negara.

6.Deng Xiaoping yang berumur 65 tahun pada tahun 1969 dibuang ke Nanchang, Provinsi Jiangxi. Di sana ia menjadi tahanan militer dan tidak diberi akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Pemindahan Deng Xiaoping ini merupakan kebijakan Lin Biao yang membuang semua tahanan politik keluar dari Beijing dengan alasan ancaman dari Uni Soviet.

Semua anggota keluarga dan teman dekat Deng Xiaoping mengalami penyiksaan dari pengawal merah. Yang paling parah adalah Deng Pufang, anak Deng Xiaoping, yang berada di Beijing. Para pengawal merah berlomba-lomba menyiksa Deng Pufang untuk menujukkan kesetiaan pada partai. Penyiksaan dari pengawal merah menyebabkan Pufang menjadi cacat dan tidak mampu berjalan lagi.

Tahun 1971 Pufang diperbolehkan bergabung kembali bersama keluarganya di Nanchang. Di Nanchang, keluarga Deng Xiaoping beraktivitas seperti keluarga umumya di masa itu. Meskipun dibatasi ruang geraknya, Deng Xiaoping masih dapat berkebun, bekerja di pabrik, dan berkumpul bersama keluarganya. Anak-anak Deng Xiaoping mengingat masa tersebut sebagai masa yang membuat mereka dekat satu sama lainnya, terutama Deng Xiaoping yang tidak lagi sibuk dengan urusan negara.

Pada bulan November 1971 segalanya berubah sehubungan dengan kematian Lin Biao. Deng Xiaoping diajak ikut serta dalam pertemuan partai di Nanchang. Ini adalah langkah awal dari kembalinya Deng Xiaoping ke jajaran atas partai. Ia mengetahui semakin kuatnya posisi Zhou Enlai, adanya komunike Shanghai, dan kunjungan Presiden AS Nixon ke Cina. Ia segera mengirim surat kepada Mao untuk mengakui kesalahannya dan menyatakan siap untuk kembali membantu Mao di lingkungan kekuasaan. Deng selalu menjadi anak emas dan dianggap berbeda dengan Liu Shaoqi. Bulan Februari 1973 Deng Xiaoping kembali ke Beijing. Bulan maret Mao Zedong dan Zhou Enlai dengan resmi menjadikan Deng Xiaoping sebagai wakil ketua dewan negara.

Deng dengan cepat meraih kembali posisinya di pemerintahan. Dengan dukungan dari Zhou Enlai dan Marshal Ye Jianying, ia berusaha membawa Cina kembali menjadi negara yang kuat. Hal ini tidaklah mudah karena Mao masih ingin memperthankan berlangsungnya Revolusi Kebudayaan dengan Gang of 4 masih berada di sekitarnya. Posisi Gang masih kuat meskipun Lin Biao telah tewas. Deng masih harus berpacu dengan waktu, kondisi kesehatan Mao yang semakin menurun dan penyakit kanker Zhou Enlai yang semakin parah mengharuskan Deng berpacu dengan waktu menyusun kekuatan sebelum posisi Gang of 4 semakin kuat.

Pada tahun1973, Deng Xiaoping mendapatkan kembali jabatan-jabatan penting di lingkungan kekuasaan. Ia menjadi wakil perdana menteri, anggota komite sentral, dan anggota komite sentral militer. Kekuasaan Deng Xiaoping meningkat pada tahun 1975 dengan menjadi wakil ketua komite militer, kepala PLA, wakil ketua komite sentral, dan anggota komite tetap politbiro. Deng Xiaoping memerintahkan berbagai pembangunan struktur dan infrastruktur negara dilanjtkan.

Pada pertemuan politbiro bulan mei 1975, Deng Xiaoping secara terbuka menyerang Jiang Qing yang sebelumnya menyerang Zhou Enlai tidak menaati perintah Mao untuk bersatu. Jiang Qing sendiri menyerang Deng Xiaoping dengan menyebutnya sebagai “orang kanan” dan pejalan kapitalis. Perang terbuka antara kubu Deng Xiaoping yang didukung kader senior partai melawan Jiang Qing beserta Gang of 4 semakin jelas, sedangkan Mao sendiri terus sakit. Mao mengidap penyakit mata katarak dan secara keseluruhan penyakitnya semakin parah sehingga setiap perkataannya harus diterjemahkan oleh Wang Hairong dan Nancy Tang.

No comments:

Post a Comment