....欢 迎 您 在 puksipuksi.blogspot.com............WELCOME at PUKSIPUKSI.BLOGSPOT.COM....

Monday, April 25, 2011

Hubungan Republik Rakyat Cina - Amerika Serikat

Hubungan Cina – Amerika


Masa sehabis perang

Hubungan antara Cina – Amerika selalu bertentangan sejak terbentuknya RRC. Awalnya, Amerika melihat Cina sebagai bagian dari satu-satunya blok komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Karena itu, kebijakan-kebijakan pengurungan dijalankan terhadap Cina sama seperti terhadap bagian-bagian lain dari blok itu. Sikap permusuhan Amerika terhadap Cina diperkuat dengan adanya Perang Korea, ketika “sukarelawan” Cina turut campur dan mendukung Korea Utara. Pada saat yang sama, hubungan Amerika dengan Taiwan menguat dengan ditandatanganinya perjanjian perdamaian tahun 1954.

Pandangan Amerika terhadap Cina sebagai ancaman besar bagi keamanan wilayah Asia Pasifik dibalas dengan pandangan Cina terhadap Amerika sebagai ancaman besar bagi keamanan Cina. Perkembangan konflik Cina – Uni Soviet semakin mempersulit situasi ini. Tetapi di tahun 1950-an, Cina lebih focus terhadap ancaman dari Amerika. Hal ini disebabkan adanya perkembangan hubungan keamanan antara Amerika dengan Taiwan (termasuk dukungan Amerika untuk klaim pemerintah Taiwan untuk mengesahkan pemerintahan bagi seluruh Cina), kemelut Selat Taiwan tahun 1955 dan 1958 serta dibentuknya SEATO tahun 1954. cina melihat SEATO – yang dilengkapi dengan perjanjian pertahanan Amerika dengan Australia dan New Zealand (ANZUS), Jepang dan Taiwan – sebagai bentuk nyata pengepungan Cina oleh Amerika.

Tahun 1960-an, Amerika semakin waspada terhadap menghebatnya konflik Cina – Uni Soviet. Permusuhan Amerika terhadap Cina tetap menguat dan ini adalah salah satu factor yang membuat Amerika turut campur di Vietnam, di mana kesuksesan komunis dilihat sebagai cara perluasan kekuasaan oleh Cina. Serangan dalam Perang Vietnam dimaksudkan untuk menunjukkan adanya konflik militer yang besar di perbatasan Cina. Peningkatan perang tersebut berbarengan dengan menguatnya konflik Cina – Uni Soviet. Hal ini membuat Cina merasa terancam dengan kedua kekuatan tersebut.

Akhir 1960-an, situasi mulai berubah. Nixon melihat bahwa membaiknya hubungan dengan Cina adalah sebagai bagian dari strategi Amerika untuk menstabilkan politik internasional dan khususnya sebagai alat untuk memudahkan penyelesaian kasus Vietnam. Cina dipengaruhi oleh keinginan untuk menghindari adanya konflik yang berbarengan, dengan Amerika dan dengan Uni Soviet. Meskipun dalam intern Cina sendiri masih terdapat keinginan untuk menentang imperialisme, yang tampak lenih dominan adalah yang ingin mengakhiri permusuhan dengan salah satu lawan Cina.

Pendekatan kembali Cina – Amerika diresmikan dengan penandatanganan Shanghai Communique pada Februari 1972. Ini bertepatan dengan periode penangguhan hubungan antara Cina – Uni Soviet.cina dan Uni Soviet masih tetap dalam konflik, tetapi masing-masing berusaha memperbaiki hubungan dengan Amerika. Tahun 1978, Carter setuju untuk menormalisasi penuh hubungan diplomasi dengan Cina. Dalam proses normalisasi ini, terdapat perjanjian adanya pembedaan pejabat diplomasi dengan yang ada di Taiwan. Resolusi dari hal tersebut dinyatakan dalam Cina – Amerika Joint Communique tanggal 17 Agustus 1982. Amerika menyatakan akan perlahan-lahan mengurangi penjualan senjatanya ke Taiwan. Indikasi adanya perbaikan dalam hubungan Cina – Amerika adalah adanya penjualan senjata besar-besaran ke Cina oleh Amerika tahun 1980-an.

Meskipun keadaan berkembang seperti ini, pada tahap ini tidak ada pembicaraan mengenai strategi kooperasi antara Cina – Amerika. Pada Maret 1983, George Shultz menyatakan bahwa Jepang adalah sekutu Amerika yang paling penting di Asia dan Cina, meskipun penting, hanyalah sebuah kekuatan regional. Sikap ini diperkuat oleh adanya perbaikan hubungan Amerika – Uni Soviet pada masa Gorbachev. Hubungan keamanan kooperatif dengan Cina penting bagi Amerika, tapi tidak dalam strategi global. Yang membuatnya penting adalah karena Cina memiliki peranan regional dan pengaruhnya dapat mendesak wilayah-wilayah di Timur Tengah.

Konflik Tian’anmen

Setiap aspek dalam hubungan Cina – Amerika dipertaruhkan dalam peristiwa pembantaian Tian’anmen (4 Juni 1989).

Respon Amerika

Bush mengatakan, “Saya tidak ingin terjadi pemutusan total dalam hubungan ini dan saya tidak akan mendukung terjadinya pemutusan total dalam hubungan ini.” Kemudian diumumkan adanya pertukaran tingkat tinggi yang akan ditangguhkan dan Amerika beserta sekutunya akan mempersulit pinjaman untuk Cina melalui institusi keuangan internasional. Bush menyarankan Amerika untuk menggunakan pengaruhnya untuk memperbaiki keadaan HAM di Cina dengan tetap mempertahankan hubungan yang sudah ada. Hubungan Cina – Amerika juga penting untuk menyelesaikan konflik-konflik regional, seperti Afganistan dan Kamboja dan juga menjadi alat bagi Amerika untuk menekan Korea Utara.

Bush menjadi wakil Amerika bagi Cina pada tahun 1974-1975 dalam pertemuan-pertemuan. Pertemuan ini mempengaruhi formulasi kebijakan bagi Cina selama masa pemerintahannya. Bush menganggap penting hubungan Cina – Amerika, maka ia mengirim Brent Scowcroft dan Lawrens Eagleburger untuk misi rahasia ke Beijing pada 1-2 juli 1989 dan Desember 1989. Tujuannya adalah untuk mengamankan modifikasi-modifikasi kebijakan politik domestik Cina dan untuk mempertahankan hubungan Cina – Amerika. Sikap lemah Bush terhadap pembantaian Beijing mengundang banyak kritik dalam Kongres. Bush diangap telah kowtow kepada pemerintahan Beijing, bahwa Bush lebih memikirkan sensibilitas kepemimpinan Cina daripada aspirasi rakyat Cina yang berharap adanya demokrasi di tanah air mereka.

Respon Cina

Posisi Deng Xiaoping tidak jelas, sesaat ia Amerika atas kejadian-kejadian buruk yang menimpa Cina, tetapi kemudian ia berusaha memperbaiki hubungan antara Cina dengan Amerika. Dalam akibat dari pembantaian Beijing, salah satu pejabat Cina menyatakan bahwa apa yang terjadi di Cina merupakan maslaha intern Cina dan pemerintah Cina mampu untuk mengatasi pemberontakan yang ada di Beijing. Pembebanan sanksi oleh Amerika ditolak mentah-mentah, Cina protes terhadap amandemen sanksi yang dilakukan oleh Kongres pada pertengahan November 1989. Deng juga mengatakan bahwa walaupun terdapat pertentangan dan perbedaan tertentu, pada akhirnya hubungan Cina – Amerika tetap harus ditingkatkan karena hal ini penting bagi perdamaian dunia.

1990-1992

Karena adanya kemunduran drastic dalam hubungan Cina – Amerika akibat pembantaian di Beijing, Amerika harus menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan strateginya terhadap Cina dan kekerasan Cina terhadap HAM. Di lain pihak, cina menolak adanya campur tangan dalam hal yang dianggap sebagai masalah intern dan pada waktu yang bersamaan, ingin menunjukkan bahwa hal ini tidak dapat diabaikan dalam dunia internasional. Amerika ingin mempengaruhi kebijakan politik domestik, menganjurkan adanya hubungan ekonomi dan ingin meningkatkan keamanan, baik keamanan global maupun regional. Menurut Eagleburger, peranan regional Cina terbukti dengan sendirinya, contohnya dalam kasus Korea dan Kamboja. Dalam konflik Teluk tahun 1990-1991, Cina lebih memilih untuk tidak menghalang-halangi kedua keuatan ini (melalui keanggotaannya dalam Dewan Keamanan PBB). Tindakan ini ada hubungannya dengan keinginan Cina mengurangi isolasi diplomasi setelah peristiwa Tian’anmen.

Masalah bagi pemerintahan Bush adalah bagaimana mencapai tujuannnya di Cina dalam situasi terdapat pertentangan dalam Kongres. Pada dasarnya, pemerintahannya meneruskan mencapai tujuannnya sambil mencoba berkompromi dengan Kongres. Satu masalah yang timbul antara presiden dan Kongres, yaitu status MFN Cina. Tahun 1990, protes Cina terhadap kebijakan campur tangan Amerika terus diluncurkan. Ketika Kongres mengeluarkan undang-undang yang mengatur sanksi oleh Amerika pada Januari 1990, protes menentang “tindakan hegemonis Amerika yang mendasarkan undang-undangnya berdasarkan rumor, telah dengan sengaja menginjak-injak norma dasar pelaksanaan hubungan internasional dan dengan tanpa alasan mencampuri urusan intern Cina”.

Cina menunjukkan kegunaan dirinya dalam konflik Teluk dan mencoba meningkatkan hubungannnya dengan Uni Soiviet dan Jepang dan negara-negara lain di Asia Pasifik, seperti Vietnam. Hubungan-hubungan ini secara khusus berhubungan dengan penyelesaian konflik Kamboja. Tahun 1991, Cina menentang keinginan Amerika untuk menghubung-hubungkan pembaharuan status MFN dengan kemajuan masalah HAM. Pada saat yang sama, ketegangan dalam hubungan Cina – Amerika diperburuk dengan adanya defisit dalam perdagangan yang sedang bertumbuh di Cina dan pernyataan Amerika tentang adanya praktek perdagangan yang tidak jujur. Sementara masalah MFN dan HAM terus mempertegang hubungan Cina – Amerika di tahun 1992, muncul masalah baru yang berdampak pada keamanan Cina, yaitu keputusan Bush untuk mengizinkan penjualan F-16 ke Taiwan. Keputusan ini melanggar Communique Cina – Amerika, mencampuri masalah intern Cina, mempertaruhkan hubungan Cina – Amerika dan mengganggu serta merusak sebab-sebab terjadinya penyatuan kembali Cina secara damai.

Masalah-masalah hubungan Cina – Amerika sejak tahun 1993

Pendekatan awal

Tindakan dari keinginan pemerintahan Clinton untuk mempertahankan hubungan antara Cina – Amerika merupakan inti dari pertemuan antara pejabat tinggi kedua negara. Dalam pertemuan ini, mereka memiliki pandangan yang sama, yaitu mementingkan hubungan Cina – Amerika. Cina menunjukkan keinginan untuk bekerja dengan presiden yang baru atas dasar prinsip-prinsip yang diabadikan dalam 3 Joint Communique Cina – Amerika. Karena Cina lebh mencemaskan kesulitan hubungan dengan Clinton, maka Cina mengambil langkah mempercepat penjualan senjata (termasuk teknologi misil) ke negara-negara seperti Iran, Syria dan Pakistan.

Perdagangan dan HAM

Tahun 1994, pemerintahan Cina memutuskan bahwa menghubung-hubungkan MFN dengan HAM adalah cara yang tidak efektif untuk mencapai perubahan dan mempertaruhkan kemampuan Amerika untuk bekerja dengan Cina pada titik-titik kesamaan lain. Tanggal 24 Mei, Clinton mengumumkan bahwa status MFN Cina akan ditangguhkan, perdagangan tidak akan digunakan untuk menekan Cina dalam hal HAM. Clinton mengatakan bahwa keputusannya ini memberikan kesempatan terbaik untuk memberikan dasar bagi kemampuan jangka panjang dalam HAM dan bagi kemajuan minat-minat Amerika yang lain terhadap Cina. Masalah HAM tetap berpengaruh dalam hubungan Cina – Amerika, tetapi untuk selanjutnya pemerintahan Clinton bermaksud untuk berurusan dengan masalah ini dalam konteks hubungan secara keseluruhan, bukan memfokuskannya secara khusus.

Senjata dan pengembangan misil

Amerika melihat bahwa Cina mengurangi keinginannya untuk menahan penyebaran nuklir, senjata kimia dan teknologi misil. Tahun 1993, ketika Cina menjual misil M-11 ke Pakistan, Amerika memohon larangan ekspor barang-barang elektronik ke Cina. Pembukaan kembali pengujian nuklir oleh Cina pada Oktober 1993 turut merusak hubungan Cina – Amerika. Ketegangan berkembang di area perkembangbiakan senjata kimia ketika Amerika mengklaim bahwa kapal Cina Yinhe mengangkut bahan-bahan senjata kimia untuk digunakan oleh Iran. Hal ini menyebabkan Amerika menolak mengurangi penjualan senjata ke Taiwan yang pernah disebutkan dalam Joint Communique Shanghai tahun 1982. Cina merespon dengan mengatakan bahwa respon Amerika terhadap insiden itu tidak berdasar. Sanksi pelarangan menjual barang-barang elektronik ke Cina dianggap benar-benar tidak dapat dibenarkan. Insiden Yinhe digambarkan sebagai politik hegemoni dan kekuatan, murni dan sederhana.

Taiwan

Taiwan adalah sumber utama dalam konflik Cina – Amerika. Hal ini tidak hanya disebabkan penjualan senjata ke Taiwan oleh Amerika secara terus-menerus, tapi juga disebabkan perlawanan Cina terhadap keinginan Taiwan untuk meningkatkan status internasionalnya. Menlu Cina menuduh Amerika “menciptakan dua Cina atau satu Cina satu Taiwan”. Setelah itu Cina meningkatkan gencatan terhadap Taiwan dengan mengadakan pengujian misil dekat utara Taiwan pada Juli-Agustus 1995. ketika Taiwan mengadakan pemilihan presiden secara demokratis, Cina khawatir akan kemenangan Partai Progresif Demokrsi yang prokemerdekaan.

Cina menunjukkan perlawanannya dengan mengarahkan pengujian misilnya dekat Pulau Formosa. Amerika merespon dengan menempatkan angkatan lautny di tempat yang dapat melindungi Taiwan di Selat Taiwan. Meskipun Li Denghui menang, status kemrdekaan Taiwan dapat membawa kepada ketegangan dalam hubungan Cina – Amerika.

Hubungan keamanan

Sejak 1993, muncul pertanyaan apakah hubungan keamanan yang lebih luas antara Cina – Amerika dapat dilihat sebagai kerjasama atau malah konflik. Dalam pandangan Amerika, pertanyaan ini kadang-kadang menjadi apakah Cina harus dilihat sebagai ancaman keamanan. Walaupun Amerika seringkali memangdang negatif Cina mengenai perkembangbiakan nuklir dan penghirimian teknologi nulkir ke negara-negara seperti Irang dan Pakistan, Cina telah berada di posisi di mana ia dapat bekerja sama ataupun tidak dengan Amerika dalam masalah seperti Korea Utara.

Kebijakan dan tindakan Cina dalam hubungan Laut Cina Selatan juga dapat merusak tujuan Amerika untuk mencapai stabilitas dalam wilayah itu. Juga terdapat pertanyaan yang lebih luas, yaitu bagaimana Cina memposisikan dirinya sendiri dalam pola wilayah yang multikutub. Posisi ini berdampak langsung terhadap hubungan Cina – Amerika. Jika Cina menjalin hubungan dengan Amerika dan Jepang, ini akan membawa kerrjasama besar antara Cina dan Amerika. Jika Cina menjalin hubungan dengan negara-negara yang bermasalah dengan Amerika, seperti Rusia, maka Cina dan Rusia akan bersama-sama bersikap anti Amerika. Situasi ini akan menjadi masalah serius bagi Amerika. Tahun 1996, Clinton memutuskan bahwa Amerika harus mencari strategi untuk bersatu daripada bertentangan dengan Cina.

No comments:

Post a Comment