Artikel berjudul The Regionalization of Chinese Business Networks: A study of Singaporean Firms in Hainan China yang ditulis oleh Chia-Zhi Tan dan Henry Wai-chung Yeung[1] berisi tulisan yang membahas besarnya peranan institusi sosial dan politik dibalik motivasi dan strategi investasi masyarakat Cina Singapura[2] dalam berinvestasi di Hainan, Cina. Investasi yang dilakukan oleh masyarakat Cina Singapura terpengaruh oleh adanya kebiasaan berbisnis orang-orang beretnis Cina untuk memakai jaringan bisnis Cina yang sangat menekankan pada koneksi (guanxi). Dalam artikel ini dapat dilihat bagaimana jaringan bisnis Cina sangat menentukan arah kebijakan investasi masyarakat Cina Singapura di Hainan. Peranan dari organisasi sosial masyarakat dan institusi pemerintah dalam strategi berinvestasi di Hainan pun dibahas pada artikel ini.
Bentuk usaha yang biasa dipakai oleh masyarakat Cina Singapura adalah firma.
Karena berkembangnya persaingan di dunia ekonomi global, maka firma secara terus-menerus harus mempertahankan keunggulan mereka melalui organisasi yang dinamis dan strategi operasi yang baik. Strategi berkompetisi yang paling umum dipakai oleh firma adalah berinvestasi di negeri lain.
Untuk mengejar FDI (Foreign Direct Investment), maka firma nasional berubah menjadi TNC (Transnational Corporation) yang didefinisikan sebagai firma yang memiliki hak untuk mengkoordinasi dan mengontrol operasi di lebih dari satu negara. Sejak terbukanya Cina kepada ekonomi global sejak tahun 1978, telah tercipta pasar yang sangat besar dan kesempatan berinvestasi untuk TNC yang berasal dari negara lain.
Sebagai negara dengan mayoritas populasi orang Cina, Singapura telah membangun hubungan ekonomi yang erat dengan Cina. Singapura mulai mempromosikan investasi asing sejak terjadinya penurunan GDP (Gross Domestic Product) yang merupakan pertama kalinya terjadi. Sejak dibangunnya kantor resmi diplomatik antara Cina dan Singapura pada Oktober 1990, investasi Singapura di Cina telah meningkat secara drastic, khususnya di daerah Hainan.
Pada abad ke-19 dan awal abad 20, imigran dari Cina tiba di Singapura . Imigran ini berasal dari propinsi pantai di Cina seperti Guangdong, Fujian dan Hainan. Para imigran ini tetap mempertahankan hubungan mereka dengan keluarga yang ada di Cina dengan mengirim dana untuk membangun gedung-gedung di daerah asalnya.
Investasi Singapura di Cina telah mengalami naik turun. Sebelum tahun 1980-an investasi yang dilakukan sangat sedikit karena adanya perang dingin dan kontrol ekonomi yang sangat ketat dari Partai Komunis Cina pada saat itu. Jumlah perdagangan dengan Cina baru dua dekade terakhir ini terlihat peningkatan yang tajam. Pada awalnya investasi dari Singapura dikonsentrasikan di bagian selatan Cina yang mempunyai SEZ (Special Economic Zone). Lima SEZ itu adalah provinsi Shenzhen, Zhuhai, Xiamen, Shantou dan Hainan. Selain memiliki keuntungan sebagai SEZ, Hainan diberikan kebebasan untuk mengadaptasi sistem ekonomi liberal agar dapat menarik investor asing untuk membantu memajukan Hainan.
Sejak Hainan menjadi provinsi terpisah lalu menjadi SEZ, para orang-orang Hainan yang beremigrasi ke Singapura menjadi bersemangat berinvestasi di Hainan untuk membantu Hainan berkembang. Singapura lalu menjadi peringkat ketiga yang terbanyak dalam berinvestasi di Hainan setelah Hongkong dan Jepang.
Sekarang terdapat banyak penelitian mengenai investasi Singapura di Cina tapi terdapat beberapa kelemahan dalam beberapa penelitian awal. Pertama, terlalu ditekankannya peran dari negara tuan rumah. Kedua, kebanyakan penelitian ditujukan kepada propinsi besar di Cina selatan yaitu Guangdong, Fujian dan Jiangsu. Daerah lain kurang mendapat perhatian dari penelitian ini. Ketiga, adanya bias dari penelitian empiris terhadap industri manufaktur sebagai industri yang menyediakan pelayanan dan industri utama. Tidak ada yang meneliti peran sosial dan mekanisme institusi yang memperkuat investasi Singapura di Cina.
Kekuatan-kekuatan institusional mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam investasi Singapura di Hainan. Institusi kebudayaan sangat berperan karena pentingnya keluarga adalah salah satu pendorong investasi di Cina oleh Singapura. Kekeluargaan adalah salah satu nilai yang masih sangat tertanam dengan sangat dalam di diri orang-orang Cina. Orang-orang Hainan di Singapura mempertahankan hubungan yang sangat dekat dengan keluarga di Hainan apalagi setelah menurunnya ancaman komunis dan dibangunnya Chinese Trade Mission. Banyak orang-orang Hainan di Singapura secara berkala pulang kampung sehingga mempunyai keterikatan batin dengan Hainan.
Keterikatan ini ditunjukkan dengan cara berinvestasi di Hainan dengan tujuan selain mendapat untung juga untuk memajukan Hainan. Selain hubungan kekeluargaan ada juga yang sama pentingnya, yaitu kepercayaan dan koneksi atau bisa juga disebut guanxi. Hubungan yang terjalin antara teman sekolah, teman sepermainan dan sebagainya bisa menjadi hubungan bisnis yang kuat di dalam jaringan bisnis Cina.
Karena pentingnya marga bagi orang Cina, maka hubungan marga menjadi salah satu bentuk penting dalam dukungan institusional dari imigran Cina. Di Singapura dan negara-negara lainnya, asosiasi klan adalah institusi sosial yang penting yang bisa mengumpulkan orang-orang Cina yang terpencar berdasarkan kesamaan marga, dialek dan asal daerah. Institusi klan ini akan membantu anggota klannya dalam berbagai segi kehidupan termasuk juga urusan bisnis.
[1] Kedua penulis artikel ini berasal dari National University of Singapore.
[2] Masyarakat Cina Singapura di sini berarti masyarakat berwarga negara Singapura yang beretnis Cina (Chinese Singaporean).
No comments:
Post a Comment